Moskow – Korban tewas akibat runtuhnya tambang batu bara di Severnaya, Rusia bertambah menjadi 36 orang. Lokasi tambang bawah tanah ini dilanda ledakan baru yang dipicu oleh ledakan metanol.
Seperti dilansir AFP, Senin (29/2/2016), dua ledakan mengguncang tambang batu bara Severnaya pada Kamis (25/2) lalu, tepatnya di kedalaman 748 meter dari permukaan tanah. Empat pekerja tambang dilaporkan tewas seketika saat itu dan 26 orang lainnya tewas terjebak reruntuhan.
Pada Minggu (28/2) waktu setempat, ledakan kembali mengguncang area tambang dan menewaskan lima petugas penyelamat serta satu pekerja tambang. Area tambang itu berada di kota Vorkuta, wilayah Komi, yang pernah menjadi lokasi kamp kerja paksa Gulag yang sangat ditakuti pada era-Soviet.
“Menurut dewan pakar teknis, 26 orang yang masih hilang di dalam area tambang tidak memiliki kesempatan hidup. Operasi pencarian korban telah dihentikan,” ucap juru bicara pengelola tambang batu bara Vorkutaugol, Tatyana Bushkova, kepada AFP.
Wakil Perdana Menteri Rusia Arkady Dvorkovich yang memimpin komisi khusus terkait tragedi ini menyatakan, setiap keluarga korban akan menerima kompensasi sebesar 1 juta ruble atau setara Rp 175 juta. “Ini merupakan situasi darurat yang sangat sulit, bencana yang sulit bagi Rusia, untuk industri pertambangan kita,” sebut Dvorkovich.
Otoritas setempat meluncurkan operasi pencarian besar-besaran yang melibatkan ratusan petugas penyelamat untuk melacak keberadaan korban hilang dalam situasi yang sulit, yakni dengan jarak pandang nol, dipenuhi asap, polusi udara dan reruntuhan. Operasi pencarian itu diwarnai risiko ledakan baru yang sangat berbahaya, tidak hanya bagi korban yang terjebak tapi juga bagi para petugas penyelamat.
Baik pihak perusahaan maupun otoritas setempat sebelumnya enggan menyatakan para korban hilang telah tewas, meskipun tidak ada komunikasi dengan mereka selama beberapa terakhir. Namun ledakan terbaru yang mengguncang lokasi pada Minggu (28/2) memaksa otoritas setempat untuk mengakui tidak ada korban selamat.
“Sangat disayangkan, kami terpaksa mengakui bahwa kondisi yang ada di area tambang tidak akan memungkinkan bagi siapa saja untuk tetap bertahan hidup,” ucap Menteri Urusan Darurat Rusia, Vladimir Puckov, dalam pernyataannya kepada televisi LifeNews.
Sumber : news.detik.com