Kebisingan genset merupakan pencemaran suara yang bisa menganggu ketenangan daerah di sekitarnya. Oleh karena itu, kebisingan genset merupakan aspek yang sangat penting bagi Anda saat memilih lokasi letak genset.
Untuk memahami kebisingan genset, Anda bisa meminta keterangan kebisingan dari vendor. Genset tipe terbuka atau open type biasanya menghasilkan kebisingan hingga 90 dB ( decibel ) dan Silent Box yang baik dapat menurunkan tingkat kebisingan genset menjadi dibawah 70 dB pada jarak 7m dari genset. Silent Box yang baik dapat membungkam kebisingan genset menjadi 60 dB.
Sebagai gambaran untuk lebih memahami skala decibel ini bisa dengan percakapan manusia. Percakapan manusia pada kondisi wajar menimbulkan kebisingan sekitar 60 db. Sementara pada skala 70 dB, tingkat kebisingan adalah 2x dari pada level 60 dB, selanjutnya pada level 90 dB tingkat kebisingannya adalah 8x dari 60 dB.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa silent canopy yang sangat baik dapat menurunkan tingkat kebisingan hingga 1/8 dari asalnya (dari 90 dB menjadi 60 dB). Simak penjelasan dan tips mencari Silent Box yang bagus berikut ini:
Cara Pengukuran Kebisingan Genset
Berdasarkan ketetapan internasional tingkat kebisingan bisa diukur dengan menggunakan tingkat ‘tekanan suara’, dalam satuan decibel atau dB. Decibel diartikan sebagai perbandingan logaritmis antara tingkat tekanan suara terdengar dengan tingkat tekanan suara diambang pendengaran manusia.
Perbandingan logaritmis dapat digambarkan dengan rumus:
dB = 10 log (P/Po), dimana:
P= tingkat tekanan suara terdengar (pascal)
Po= tingkat tekanan suara ambang dengar manusia (2×10-5 Pascal)
Memahami Desibel Pendengaran Manusia
Anda tidak mendengar suara apapun saat meniup peluit anjing dengan keras. Namun, anjing akan mendengar peluit itu dengan sangat keras, sehingga mereka menjadi terganggu dan gelisah akibat suara tersebut.
Jadi, manusia tidak dapat mendengar peluit anjing itu meskipun suara peluit sangat besar bagi anjing karena desibelnya besar. Manusia tidak mendengarnya karena frekuensinya lebih tinggi dari batas pendengaran manusia sehingga tidak terganggu olehnya.
Oleh karena itu, kebisingan perlu diukur untuk disesuaikan dengan persepsi pendengaran manusia. Maka dibuatlah sistem penyesuaian pengukuran dB, khusus bagi frekuensi suara yang mampu didengar telinga manusia. Diantara sistem penyesuaian yang paling banyak digunakan yaitu ‘A-Weighting Filter’, dan hasil pengukurannya pun disebut dBA, atau dB(A).
Pada penggunaan sehari-hari, istilah desibel dikenal oleh orang awam dalam urusan kebisingan akustik mengacu pada dbA. Saat menyebutkan nilai desibel, perlu disebutkan juga jarak dan lingkungan pengukuran.
Contohnya: 70 dB(A) pada jarak 7m di ruang terbuka. Jika ‘jarak’ tidak disebutkan, maka asumsinya yaitu pengukuran dilakukan pada jarak 1 meter dari sumber suara. Saat lingkungan tidak diketahui, dapat diasumsikan sebagai ruang terbuka atau ruang tanpa gema.
Nilai Ambang Batas Kebisingan
Nilai ambang Batas Kebisingan ditetapkan pada level 85 dB. Angka itu dianggap aman untuk sebagian besar tenaga kerja bila bekerja 8 jam/hari atau 40 jam/minggu. Nilai Ambang Batas untuk kebisingan di tempat kerja merupakan intensitas tertinggi dan merupakan rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja.
Batas tersebut diketahui tak akan mengakibatkan hilangnya daya dengar tenaga kerja untuk waktu terus-menerus tidak lebih dari dari 8 jam sehari atau 40 jam seminggunya.
Standar Batas Tingkat Kebisingan Berdasarkan Zona Kebisingan
Kebisingan pada lingkungan diklasifikasikan dengan beberapa kelompok sesuai tingkat kebisingan yang dihasilkan sebagai berikut :
Zona A : Intensitas 35 – 45 dB. Zona ini ditetapkan untuk tempat penelitian, Rumah Sakit, tempat perawatan kesehatan/sosial dan sejenisnya.
Zona B : Intensitas 45 – 55 dB. Zona ini untuk perumahan, tempat Pendidikan dan rekreasi.
Zona C : Intensitas 50 – 60 dB. Zona untuk perkantoran, Perdagangan dan pasar.
Zona D : Intensitas 60 – 70 dB. Zona untuk industri, pabrik, stasiun KA, terminal bis dan semacamnya.
Sementara itu, zona Kebisingan menurut IATA (International Air Transportation Association) adalah sebagai berikut:
Zona A : intensitas > 150 dB → daerah yang berbahaya dan harus dihindari.
Zona B : intensitas 135-150 dB → individu yang terpapar di zona ini perlu memakai pelindung telinga (earmuff dan earplug).
Zona C : 115-135 dB → perlu memakai pelindung telinga earmuff.
Zona D : 100-115 dB → perlu memakai pelindung telinga earplug.
Alat Ukur Kebisingan Genset
Alat untuk mengukur kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini ada dalam versi digital dan analog. Secara umum cara pengukuran kebisingan yait sebagai berikut:
- Pada saat mengukur, Anda bisa meletakkan Sound Level Meter setinggi telinga.
- Arahkan mikrophon ke arah datangnya rambatan gelombang suara dengan membentuk sudut 70 derajat.
Contoh Alat Ukur Analog dengan menggunakan monitor jarum. Sementara Cara pengoperasiannya yaitu:
- Jika ada pilihan Callibration ; Weighting A/C, maka pilih lah yang A.
- Putar selector pada opsi Db yang Anda inginkan/mendekati. Contoh opsi 50db, 60 db, 70db, dan seterusnya.
- Sementara pada layar yang ditunjuk jarum adalah angka -10 sampai 10. Angka itu menunjukkan satuan nilai lebih dari nominal yang ditunjukkan oleh selector.
Contoh : Selector dipilih pada angka 70db sementara jarum menunjukkan angka 3, maka didapat nilai kebisingan yaitu 73db.
Itulah penjelasan tentang cara pengukuran tingkat kebisingan genset. Sementara untuk Anda pengguna Android, Anda bisa juga menggunakan apps sound meter yang dapat didownload di Play Store. Lewat aplikasi ini Anda bisa mengukur kebisingan dimanapun dan kapanpun.
Namun, perlu diingat bahwa hasil pengukuran sangat bergantung dengan kualitas input gadget Anda. Oleh karena itu, Anda jangan mudah percaya begitu saja dengan pengukuran lewat aplikasi tersebut..
Sumber: