Regulasi sudah jelas. Risiko pun sudah teridentifikasi. Namun, banyak praktisi K3 di lapangan masih bertanya-tanya: bagaimana cara menerapkan higiene industri secara nyata dan efektif, khususnya di sektor manufaktur?

Artikel ini akan mengupas tuntas strategi implementasi Higiene Industri Madya (HIMA), dengan menyoroti praktik terbaik, kunci keberhasilan, dan contoh nyata dari sektor manufaktur. Pendekatan ini akan sangat berguna bagi manajer K3, ahli HIMA, hingga pimpinan pabrik yang ingin menjaga kepatuhan sekaligus produktivitas.

Apa Itu Higiene Industri Madya Menurut Permenaker No. 5 Tahun 2018?

Permenaker No. 5 Tahun 2018 menyebutkan bahwa higiene industri adalah upaya pengendalian terhadap faktor bahaya di tempat kerja yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja. Bahaya tersebut mencakup:

Kunci dari higiene industri adalah identifikasi, evaluasi, dan pengendalian. Permenaker ini mendorong perusahaan untuk menyusun program HIMA yang sistematis, termasuk melakukan pemetaan bahaya, pengukuran pajanan, dan tindakan korektif berdasarkan hasil pengukuran tersebut.

Baca juga : Hygiene Industri Adalah: Pengertian, Kode Etik, Kualifikasi, Kompetensi, Landasan Hukum, dan Trainingnya

Tantangan Implementasi HIMA di Industri Manufaktur

Pabrik manufaktur sering kali menghadapi lingkungan kerja yang kompleks. Lini produksi yang padat, pergerakan mesin yang cepat, serta penggunaan zat kimia berbahaya menciptakan berbagai risiko yang tak bisa diabaikan.

Berikut tantangan umum di lapangan:

Inilah mengapa strategi implementasi harus praktis, sistematis, dan berbasis bukti.

Baca juga : Pelatihan Ahli K3 Madya BNSP

5 Strategi Jitu Penerapan HIMA yang Efektif

Agar implementasi HIMA benar-benar berdampak di lapangan, berikut strategi yang bisa diterapkan di sektor manufaktur:

1. Mulai dari Pemetaan Bahaya yang Akurat

Gunakan pendekatan observasi langsung, wawancara, dan data historis untuk memetakan semua potensi bahaya. Tandai lokasi dengan pajanan tinggi dan jenis bahaya dominan.

2. Lakukan Pengukuran Pajanan Secara Berkala

Gunakan alat ukur sesuai standar (misalnya: Gas Detector untuk H₂S, Sound Level Meter untuk kebisingan) dan libatkan laboratorium higiene industri yang tersertifikasi.

3. Terapkan Hierarki Pengendalian

Gunakan pendekatan eliminasi–substitusi–rekayasa teknik–administratif–APD secara berurutan. Contoh:

4. Libatkan Tim Multidisiplin

Integrasikan tim produksi, tim K3, dan manajemen dalam proses pengendalian. Jangan biarkan K3 bekerja sendiri.

5. Dokumentasi dan Evaluasi Berkala

Gunakan form inspeksi HIMA, checklist kontrol, dan audit internal rutin untuk memastikan sistem berjalan konsisten.

Baca juga : 15 Jenis Alat Pelindung Diri (APD) K3 yang Harus Diketahui Pekerja

Contoh Studi Kasus: Implementasi HIMA di Pabrik Cat Otomotif

Sebuah pabrik cat otomotif di kawasan industri Karawang menghadapi tantangan paparan toluene dan xylene dalam proses pencampuran warna. Tim K3 perusahaan kemudian menerapkan pendekatan HIMA secara menyeluruh:

Hasilnya, setelah 3 bulan, kadar toluene turun hingga di bawah NAB. Produktivitas meningkat karena keluhan pusing dan iritasi pekerja menurun signifikan.

Baca juga : Sanitasi Adalah: Pengertian, Ruang Lingkup, Manfaatnya bagi Kesehatan dan Rekomendasi Training

Kesimpulan

Penerapan higiene industri (HIMA) yang efektif bukan lagi pilihan—melainkan keharusan bagi industri manufaktur modern. Dengan berlandaskan Permenaker No. 5 Tahun 2018, perusahaan bisa menyusun strategi pengendalian yang tepat sasaran, berbasis data, dan berdampak nyata.

Kuncinya terletak pada identifikasi yang akurat, pengukuran rutin, dan pengendalian yang sistematis. Studi kasus di atas menunjukkan bahwa pendekatan ini bukan hanya memungkinkan, tetapi juga meningkatkan keselamatan dan kinerja kerja secara bersamaan.

FAQ – Pertanyaan Umum Seputar Penerapan HIMA

  1. Apakah setiap perusahaan wajib menerapkan HIMA?
    Ya. Permenaker No. 5 Tahun 2018 mewajibkan semua perusahaan yang memiliki potensi pajanan bahaya untuk menyusun dan menerapkan program higiene industri.
  2. Siapa yang berhak melakukan pengukuran pajanan di tempat kerja?
    Pengukuran harus dilakukan oleh personel bersertifikasi atau lembaga yang memiliki laboratorium higiene industri terakreditasi.
  3. Berapa frekuensi ideal pengukuran bahaya kimia atau fisika?
    Minimal dilakukan setiap tahun, atau setiap ada perubahan proses kerja yang signifikan.
  4. Apa perbedaan antara HIMA dan K3 secara umum?
    HIMA fokus pada pengendalian faktor pajanan yang berdampak pada kesehatan jangka panjang, sedangkan K3 mencakup aspek keselamatan teknis dan pencegahan kecelakaan.
  5. Bagaimana cara mendapatkan pelatihan atau pendampingan teknis HIMA?
    Anda dapat menghubungi tim ISC untuk pelatihan, asistensi audit HIMA, dan dukungan implementasi sesuai regulasi melalui kontak resmi di Indonesia Safety Center.