No Comments
Tags: Artikel

Apa Hubungannya Safety Leadership dengan Safety Performance?

Keselamatan kerja bukan cuma soal aturan atau papan peringatan. Di lapangan, keselamatan tidak hanya ditentukan oleh prosedur, melainkan oleh perilaku sehari-hari dan perilaku itu sangat dipengaruhi oleh siapa yang memimpin.

Pemimpin yang memberi contoh akan menciptakan tim yang disiplin. Kalau pemimpin serius soal keselamatan, timnya akan ikut peduli. Tapi kalau pemimpin cuek, aturan sering diabaikan. Di sinilah pentingnya safety leadership gaya kepemimpinan yang menempatkan keselamatan sebagai prioritas utama.

Artikel ini akan membahas kenapa peran pemimpin sangat menentukan keselamatan kerja, bagaimana pengaruhnya terhadap kinerja tim, dan apa yang bisa dilakukan perusahaan untuk membangun budaya kerja yang aman dan bertanggung jawab.

Mengapa Leadership Penting dalam Keselamatan Kerja?

Keselamatan kerja bukan sekadar urusan alat atau prosedur. Banyak kecelakaan terjadi bukan karena helm yang tidak tersedia, atau rambu yang kurang jelas melainkan karena perilaku tidak aman yang dibiarkan terjadi. Dan siapa yang punya pengaruh besar terhadap perilaku di tempat kerja? Pemimpin.

Seorang pemimpin yang diam saat melihat pelanggaran keselamatan, sama bahayanya dengan tidak adanya aturan. Tanpa ketegasan dan keteladanan, SOP hanya akan jadi hiasan di dinding.

Data dari International Labour Organization (ILO) menyebutkan, setiap 15 detik ada 153 pekerja mengalami kecelakaan kerja, dan setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang meninggal akibat kecelakaan atau penyakit terkait pekerjaan.

Ini bukan sekadar angka. Di balik setiap data, ada keluarga yang kehilangan pencari nafkah, ada anak yang kehilangan orang tuanya. Maka, peran pemimpin sangat krusial bukan hanya untuk produktivitas, tapi juga untuk melindungi kehidupan.

Pemimpin yang peduli, tegas, dan hadir di lapangan mampu menciptakan budaya kerja yang aman. Ia bukan sekadar memberi perintah, tapi jadi panutan. Inilah inti dari safety leadership kepemimpinan yang menyelamatkan.

Apa Itu Safety Leadership ?

Safety leadership bukan soal jabatan, tapi soal tanggung jawab. Ini adalah gaya kepemimpinan yang menjadikan keselamatan sebagai nilai utama, bukan sekadar formalitas atau dokumen di laci.

Seorang pemimpin yang menerapkan safety leadership tidak cukup hanya menyuruh orang lain berhati-hati. Ia harus:

  • Memberi contoh langsung di lapangan
  • Menggunakan APD sesuai standar
  • Menangani keluhan pekerja soal potensi bahaya
  • Menyediakan perlengkapan keselamatan yang memadai
  • Mengajak diskusi terbuka tentang risiko kerja

Karena keselamatan bukan sekadar aturan, tapi budaya. Dan budaya dibentuk dari perilaku pemimpinnya.

Baca juga : Mengenal Safety Leadership: Pengertian, Manfaat, Tugas, dan Contohnya

Tiga Pilar Kuat Safety Leadership

  1. Safety Caring
    Pemimpin yang peduli bukan hanya soal target produksi, tapi juga keselamatan tiap individu. Ia hadir, memperhatikan, dan menghargai suara pekerja.
  2. Safety Coaching
    Pemimpin yang hebat tahu bahwa keselamatan butuh proses belajar. Ia melatih, membimbing, dan tidak bosan memberi pemahaman soal risiko kerja.
  3. Safety Controlling
    Tidak cukup hanya peduli dan melatih, pemimpin juga harus mengawasi secara konsisten. Ia pastikan standar keselamatan dipatuhi tanpa kompromi

Safety leadership bukan tentang menjadi pemimpin yang paling pintar bicara soal K3, tapi menjadi pemimpin yang paling serius melindungi orang-orang di sekitarnya. Karena pada akhirnya, keselamatan kerja dimulai dari mereka yang berdiri paling depan.

Baca juga : 6 Kunci Kepemimpinan yang Efektif dalam Penerapan Safety Leadership

Studi Kasus: Industri Pakan Ternak Sidoarjo

Penelitian dari Universitas Airlangga membuktikan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh besar terhadap keselamatan kerja.

Penelitian dilakukan di industri pakan ternak Sidoarjo dengan melibatkan 108 pekerja. Hasilnya menunjukkan:

  • 51,9% pekerja menilai kepemimpinan keselamatan (safety leadership) di tempat kerja mereka tergolong tinggi
  • 56,5% pekerja memiliki kinerja keselamatan (safety performance) yang tinggi
  • Ada hubungan yang signifikan antara keduanya, dibuktikan dengan nilai p = 0,023

Artinya, ketika supervisor aktif memberi contoh, peduli terhadap keselamatan, dan tegas dalam menegakkan aturan, maka pekerja akan lebih patuh dan terlibat dalam program keselamatan.

Kesimpulannya, budaya keselamatan tidak akan terbentuk hanya dari aturan. Dibutuhkan pemimpin yang hadir, memimpin dengan keteladanan, dan mendorong perubahan perilaku di tempat kerja.

Bagaimana Safety Leadership Meningkatkan Kinerja Keselamatan

Kinerja keselamatan atau safety performance bukan hanya soal angka kecelakaan nol. Ini tentang bagaimana pekerja bekerja dengan aman dan terlibat menjaga keselamatan bersama.

Secara umum, kinerja keselamatan terbagi menjadi dua aspek utama:

  1. Safety Compliance
    Sejauh mana pekerja mematuhi aturan keselamatan. Termasuk menggunakan alat pelindung diri (APD), mengikuti SOP, dan tidak melakukan tindakan berisiko.
  2. Safety Participation
    Keterlibatan aktif pekerja dalam kegiatan keselamatan. Misalnya, ikut inspeksi, menghadiri rapat K3, memberi masukan soal potensi bahaya, atau mengingatkan rekan kerja untuk tetap aman.

Kedua aspek ini sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan.

Pekerja akan lebih patuh dan terlibat jika mereka:

  • Merasa dihargai
  • Dibimbing dengan cara yang membangun
  • Melihat atasan mereka memberi contoh nyata dalam hal keselamatan

Pemimpin yang hadir di lapangan, mendengar masukan, dan menegur dengan bijak—akan jauh lebih efektif membentuk budaya kerja yang aman, daripada hanya mengandalkan aturan tertulis.

Dengan kata lain, safety leadership mengubah kepatuhan menjadi kesadaran, dan partisipasi menjadi komitmen bersama.

Apa yang Harus Dilakukan Perusahaan?

Jika ingin keselamatan kerja benar-benar berjalan, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan aturan atau tim K3. Peran pemimpin di lapangan harus diperkuat. Berikut langkah konkret yang bisa dilakukan:

1. Jadikan Safety Leadership sebagai Tanggung Jawab Supervisor

Keselamatan bukan hanya urusan divisi K3. Supervisor adalah pemimpin terdekat bagi pekerja. Mereka harus diberi tugas dan tanggung jawab jelas untuk membina, mengawasi, dan memberi contoh dalam keselamatan kerja setiap hari.

2. Terapkan Program STOP

Program STOP (Stop, Talk, Observe, Prevent) mendorong pekerja untuk berani menghentikan pekerjaan yang tidak aman, mengamati potensi bahaya, dan berdiskusi tanpa rasa takut dihukum. Ini mendorong keterlibatan aktif semua pihak, bukan hanya mengandalkan pengawas.

3. Bangun Budaya Keselamatan dari Pimpinan

Budaya kerja dibentuk dari atas. Jika pimpinan tertib memakai APD, rajin ikut safety talk, dan konsisten menegur pelanggaran, maka bawahan akan mengikuti. Keteladanan lebih kuat dari perintah.

Keselamatan kerja bukan proyek sesaat. Ia harus menjadi bagian dari cara berpikir dan bertindak setiap hari, dan itu semua dimulai dari kepemimpinan yang kuat dan nyata.

Baca juga : 15 Karakter Safety Leadership Penentu Keberhasilan Budaya K3 di Perusahaan

Safety Leadership dalam Praktik: Solusi dari Indonesia Safety Center

Membangun budaya keselamatan tidak cukup hanya dengan aturan dan pengawasan. Dibutuhkan pemimpin yang tahu caranya memimpin dengan keselamatan sebagai prioritas.

Untuk itu, Indonesia Safety Center menawarkan pelatihan Safety Leadership berbasis praktik nyata dan studi kasus yang relevan dengan kondisi lapangan.

Pelatihan ini dirancang untuk membantu para pemimpin di berbagai level:

  • Memahami peran penting mereka dalam membentuk budaya K3
  • Mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif seputar keselamatan kerja
  • Menggerakkan perubahan perilaku menuju budaya kerja yang aman dan bertanggung jawab

Pelatihan ini cocok untuk supervisor, manajer, hingga top management yang ingin membangun tim kerja yang lebih sadar risiko, patuh aturan, dan saling menjaga satu sama lain.

Pelajari silabus Selengkapnya; SAFETY LEADERSHIP

Kesimpulan

Safety leadership bukan sekadar konsep atau teori di ruang rapat. Ini adalah faktor nyata yang menentukan apakah budaya keselamatan di tempat kerja benar-benar berjalan atau hanya menjadi formalitas. Pemimpin yang hadir, peduli, dan memberi contoh mampu mendorong pekerja untuk lebih patuh terhadap aturan dan aktif dalam menjaga keselamatan bersama.

Penelitian di lapangan telah membuktikan bahwa gaya kepemimpinan yang baik berbanding lurus dengan meningkatnya kinerja keselamatan. Pekerja merasa lebih dihargai, lebih sadar risiko, dan lebih terlibat ketika ada pemimpin yang membimbing mereka dengan serius dalam urusan keselamatan kerja.

Oleh karena itu, perusahaan perlu mengintegrasikan kepemimpinan ke dalam strategi keselamatan. Supervisor harus dilatih menjadi role model, bukan hanya pengawas. Dan perilaku aman di tempat kerja perlu dihargai agar menjadi kebiasaan, bukan sekadar kewajiban.

Keselamatan kerja bukan tugas satu orang atau satu divisi. Ia adalah tanggung jawab bersama—dan semuanya dimulai dari kepemimpinan yang kuat dan konsisten.

FAQ Seputar Safety Leadership dan Safety Performance

  1. Apakah safety leadership hanya tugas bagian K3?
    Tidak. Safety leadership bukan hanya tanggung jawab tim K3, melainkan semua pemimpin di setiap level organisasi terutama supervisor yang berinteraksi langsung dengan pekerja. Mereka memiliki peran penting sebagai panutan dalam membentuk perilaku kerja yang aman. Jika pemimpin pasif terhadap pelanggaran keselamatan, maka budaya kerja aman sulit tercipta meskipun ada tim K3 yang kompeten.
  1. Apa perbedaan antara safety compliance dan safety participation?
    Safety compliance adalah kepatuhan terhadap aturan keselamatan kerja, seperti menggunakan alat pelindung diri (APD), mengikuti SOP, dan menjalankan prosedur kerja dengan benar.
    Sementara itu, safety participation adalah keterlibatan aktif pekerja dalam kegiatan keselamatan, seperti ikut inspeksi, menghadiri safety talk, memberi saran perbaikan, atau saling mengingatkan sesama rekan kerja. Participation menunjukkan bahwa keselamatan sudah menjadi bagian dari budaya kerja, bukan sekadar kewajiban.
  1. Bagaimana cara melatih supervisor agar memiliki safety leadership?
    Pelatihan yang efektif harus berbasis praktik nyata, seperti yang ditawarkan oleh Indonesia Safety Center. Pelatihan ini dirancang agar supervisor tidak hanya memahami teori keselamatan, tetapi juga menguasai keterampilan kepemimpinan seperti berkomunikasi secara tegas, memberi contoh yang baik, dan mampu memengaruhi perubahan perilaku timnya. Pelatihan juga membekali mereka dengan cara menyelesaikan konflik keselamatan di lapangan.
  1. Apakah semua pemimpin bisa menjadi safety leader?
    Ya. Safety leader bukan hanya soal jabatan, tapi soal sikap dan komitmen. Pemimpin yang punya empati, konsisten memberi contoh, dan berani menegur pelanggaran bisa membentuk budaya keselamatan yang kuat. Safety leadership bisa dipelajari dan dikembangkan, selama ada niat dan dukungan dari organisasi.
  1. Apa indikator keberhasilan safety leadership di tempat kerja?

Beberapa indikator utama meliputi:

  • Penurunan jumlah kecelakaan kerja atau insiden nyaris celaka (near miss)
  • Meningkatnya partisipasi pekerja dalam program K3, seperti pelatihan, forum diskusi, atau inspeksi
  • Tingkat kepatuhan penggunaan APD yang lebih tinggi
  • Meningkatnya kesadaran dan pelaporan potensi bahaya secara sukarela
  • Budaya saling mengingatkan antarpekerja tanpa rasa takut atau malu

Jika indikator-indikator ini terlihat, berarti safety leadership sudah mulai memberikan dampak positif terhadap budaya kerja yang lebih aman dan berkelanjutan.

 

Rate this post
Anda Mungkin Juga Suka:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Artikel Terkait