Apa peranan faktor manusia dalam kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan? Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap kecelakaan yang terjadi selama 10 tahun, ditemukan fakta bahwasanya lebih dari 90% kecelakaan terjadi karena faktor manusia. Kesalahan manusia baik disengaja maupun tidak disengaja dapat menyebabkan kecelakan maupun bencana. Jika kita melihat hubungan manusia, mesin dan lingkungan tempat kerja, manusia adalah pihak yang merancang berhasil atau tidak berhasilnya organisasi, sekaligus menjadi menjadi target sebuah kecelakaan. Jadi, bisa kita katakan bahwa manusia adalah aktor dan korban dalam kecelakaan yang kerap terjadi.
Pada penanganan kecelakaan, manusia adalah subjek paling penting karena manusia adalah subjek yang ingin diselamatkan dan menempati prioritas pertama. Pertanyaannya adalah apakah setiap orang mengerti perannya?
Manusia merupakan aktor yang menentukan, apakah kita hendak berperilaku aman atau tidak. Secara inheren, manusia memiliki banyak kelemahan yang tidak bisa kita ubah. Pada akhirnya sikap dan perilaku kita yang tidak aman adalah yang dapat membuat kita celaka. Semua akan berputar dan kembali pada diri kita. Mengkambinghitamkan mesin, peralatan, alam, dll pada dasarnya kita hanya menyalahkan komponen yang berkontribusi tidak lebih dari 10% terhadap kecelakaan.
Kecelakaan terjadi karena adanya keterbatasan yang dimiliki manusia, salah satunya adalah keterbatasan panca indera dalam arah pandang, jarak pandang, spektrum warna, rentang frekuensi suara hingga ambient (kondisi lingkungan). Keterbatasan tersebut sering kali menjadi penyebab kecelakaan terutama yang melibatkan kendaraan. Namun pada proses investigasinya, tidak jarang hasil investigasi dibuat agar nyaman bagi semua pihak sehingga tidak dituliskan bahwa hal tersebut akibat keterbatasan panca indera manusia, namun menyalahkan konsentrasi dan kelalaian.
Keterbatasan lainnya adalah memori. Kemampuan menerima informasi, memproses, menampung dan menyampaikannya kembali, contoh penyebab kecelakaan yang sering terjadi akibat keterbatasan memori ini adalah pekerja yang mengalami ‘lupa’ sehingga melewatkan langkah dalam SOP.
Selain panca indera dan memori, keterbatasan lain seperti, keterbatasan dalam merespon atau reflek yang melibatkan saraf motorik, keterbatasan stamina, tenaga, konsentrasi, hingga postur tubuh juga menjadi faktor penyebab terjadinya kecelakaan.
Jika kita melihat dari Human Failure Taxonomy atau taksonomi dalam kegagalan manusia, apapun kegagalan yang disebabkan oleh manusia, dapat dirunut menjadi error atau ketidaksengajaan dan violation atau kesengajaan. Error bukan suatu kesengajaan dalam menggagalkan suatu kegiatan, namun berasal dari keterbatasan manusia. Untuk kecelakaan yang terjadi karena error akibat slips, lapse dan mistake, dapat kita lakukan pengendalian untuk mencegah kecelakaan serupa terjadi kembali, namun untuk kecelakaan yang terjadi karena violation, kita dapat melakukan post-mortem atau memberikan tindakan setelah kejadian, baik berupa hukuman, denda, dll.
Dalam menanggulangi kecelakaan, hierarki pengendalian tetap bisa digunakan, namun, bukan orangnya yang kita ubah, situasilah yang diubah agar mempermudah orang dalam melakukan pekerjaannya. PT Sinergi Solusi mendukung setiap langkah perusahaan yang terus melakukan perbaikan dalam bidang K3 baik melalui pendampingan maupun peningkatan kompetensi personel agar kita dapat mewujudkan cita-cita bersama agar mencapai kondisi zero accident.