Pada budaya tradisional, mereka tidak terbiasa dengan disiplin kerja dan bahkan mereka hanya menggunakan satu alat (tool) untuk melakukan berbagai pekerjaan, seperti kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong maupun sebagai palu (hammer). Sementara pada industri, ada bermacam-macam palu untuk penggunaan yang berbeda, baik bahannya maupun ukurannya. Oleh karena itu, proses transformasi budaya tersebut harus dikelola secara serius agar prosesnya dapat berjalan secara baik dan maksimal.
Secara akademis, “Safety culture is the product of individual and group values, attitudes, perceptions, competencies and pattern of behavior that can determine the commitment to, and the style and proficiency of an organization’s health and safety management system”.
Budaya K3 di suatu perusahaan sebagai bagian dari budaya organisasi perusahaan bisa dilihat dari tiga aspek, yaitu:
- Aspek psikologis pekerja terhadap K3 (Psychological aspects, what people feel, what is believe)
- Aspek perilaku K3 pekerja (Behavioral aspects, what people do, what is done)
- Aspek situasi atau organisasi dalam kaitan dengan K3 (Situational aspects, what organizational has, what is said)
Aspek kedua berkaitan erat dengan perilaku sehari-hari (BEHAVIOUR), seperti misalnya perilaku sehari-hari di perusahaan, kebiasaan-kebiasaan dalam K3 dan sebagainya.
Aspek ketiga berkaitan erat dengan situasi lingkungan kerja (ENVIRONMENT) seperti apa yang dimiliki perusahaan/organisasi mengenai K3, contohnya Sistem Manajemen K3, SOP, Komite K3, peralatan, lingkungan kerja, dan sebagainya.
Ketiga aspek tersebut satu sama lainnya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Budaya K3 yang kuat tentunya akan ditandai dengan kuatnya tiga aspek tersebut. Oleh karena itu, suatu perusahaan diharapkan mempunyai budaya yang selalu meningkatkan K3 secara sinambung dimana K3 sudah menjadi nilai-nilai pribadi dan tampil dalam kehidupan sehari-hari (continuous improvement culture, behavior based culture), bukan hanya menjadikan K3 sebagai bagian dari visi dan misi perusahaan yang tampak dari keberadaan sistem manajemen, SOP dan lain-lain di perusahaan (organizational based culture, system based culture), apalagi hanya menjadikan K3 sekedar mematuhi peraturan (compliance based culture, rule based culture). Kurangnya pemahaman terhadap hal tersebut menjadi salah satu kendala dalam menciptakan budaya K3 di Indonesia.
Source: http://ergonomi-fit.blogspot.co.id
Demikian Penjelasan kami. Semoga bermanfaat bagi anda dan perusahaan anda.
Untuk membantu pemahaman Perusahaan hal K3, ISC Safety School Menyelenggarakan Training Ahli K3 Muda Konstruksi Sertifikasi Kemnaker RI dengan keterangan sebagai berikut:
Daftarkan diri Anda dalam Training Ahli K3 Muda Konstruksi Sertifikasi Kemnaker RI berikut (Pasti Running):
Jakarta: 24 – 28 Oktober 2016
Contact Person: Ateta | 085762345138 | [email protected]
Surabaya: 14 – 18 November 2016
Contact Person: Annisa | 081938035355 | [email protected]
Untuk informasi seputar Konsultasi dan Assessment K3, silakan klik di sini